Selasa, 26 Juni 2012

Bos Cilik

Bos cilik bersama tahta dan singasananya
Bersama para anak buah dan dayangnya
Diselimuti keangkuhan dan keberanian

Bersama para anak buahnya ia tertawa
Menghabiskan hari bersama keringat
Ia hanya bermain dan bermain riang

Bos cilik selalu menjadi ujung tombak
Yang diandalkan dan menjadi panutan
Namun kadang ia menjadi ular berbisa

Terkadang anak buahnya menangis
Namun mereka tetap mengikutinya
Sebab disini adalah singasananya

Melawan hanya akan berbuah tangis
Pergi hanya akan berbuah kembali
Sebab bos cilik selalu dipatuhi

Ia begitu menyayangi anak buahnya
Para anak buahnya menyayanginya
Kerajaan cilik di komplek ibu pertiwi

Minggu, 24 Juni 2012

Dua Mawar itu layu

Ada seekor kumbang yang terbang kokoh dan tinggi
Bukan kumenuliskan tentang sebuah penyesalan kini
Atau pula kumenuliskan sebuah kesombongan disini

Aku hanya berkata tentang kedua mawar yang layu
Satu mawar berdiri setinggi dengan laju terbangku
Dan satunya berdiri angkuh seraya menungguku

Yang satu layu tertusuk batangnya yang berduri itu
Yang satu layu tersipu kemudian mungkin ia malu
Namun semua lantas menjadi kesalahanku

Kokohnya ketika terbang tinggi hingga ia menepi
Lantas ia tanpa berkata kapan ia pernah singgah
Bahkan hanya untuk hinggap mencari madu

Namun penyesalan tetaplah menjadi penyesalan
Meski ia tak tahu dimana letaknya kesalahan itu
Dan mawar ia tak pernah sekalipun mau tau

Alasan hanya akan menjadi sebuah keangkuhan
Ketulusan hanya berbuah sebuah kedengkian
Kala kejujuran nampak seperti kebohongan

-Maka kumbangpun hanya terdiam-

Rabu, 20 Juni 2012

Menutup lembar duka

Kututup dan cukupkan sampai disini semua lembaran luka dan duka
Hanya disini kutuangkan semua ungkap haru dan pilu dalam kalbu
Keluh dan kesah semua ini hanyalah sebutir pasir ditengah lautan
Sebuah lautan kegembiraan, riang tawa, dan manisnya senyuman

Terlampau banyak suka ketimbang duka biarkan aku tertawa
Kini lembaran baru akan ku isikan semua kebahagiaanku
Ku ambil satu pena kebanggaanku dan secarik kertas itu
Lalu termenung dalam senyum dan kemudian berkata

Mari kita tuliskan cerita-cerita bahagia,
Meski kumelamun karena entahlah,
Harus kumulai dari mana,

Juni tak akan pernah terungkap

Percikan kisah dibulan yang lalu selalu menghantuiku
Sampai disini saja aku mengakhiri goresan penaku
Juni mengantarkan sebuah lembaran hidup baru
Itu ungkapan terakhirku dalam tulisanku

Ingin kurobek semua catatan kala waktu silamku
Atau mungkin kuingin patahkan saja penaku
Yang tertulis adalah sebuah kejanggalan
Yang terisi bukanlah sebuah ungkapan

Aku menuliskan arah kemunafikan tanpa kearifan
Atau haruskah aku berhenti menulis sampai disini
Aku bukanlah pengeluh, aku adalah batu karang
Meskipun duka dalam genggaman tanganku

Hanya lembaran kertasku teman dalam sepiku
Namun aku tak mau ia merubah ketangguhanku
Biarkan secukupnya aku menggoreskan tinta
Biarkan selebihnya terus ku simpan rapat 

-Dan biarkan Juni tak akan pernah terungkapkan-

Karena Rabb begitu banyak nikmat yang kau berikan
Rabb nikmatmu yang mana lagi yang harus kami dustakan


Dengarlah Bintangku 2

Bintang tertutup awan mendung malam Pena di bangku rembulan yang tenang Untuk hati yang telah memiliki Teruntuk pena dipenghujung masa ...