Bos cilik bersama tahta dan singasananya
Bersama para anak buah dan dayangnya
Diselimuti keangkuhan dan keberanian
Bersama para anak buahnya ia tertawa
Menghabiskan hari bersama keringat
Ia hanya bermain dan bermain riang
Bos cilik selalu menjadi ujung tombak
Yang diandalkan dan menjadi panutan
Namun kadang ia menjadi ular berbisa
Terkadang anak buahnya menangis
Namun mereka tetap mengikutinya
Sebab disini adalah singasananya
Melawan hanya akan berbuah tangis
Pergi hanya akan berbuah kembali
Sebab bos cilik selalu dipatuhi
Ia begitu menyayangi anak buahnya
Para anak buahnya menyayanginya
Kerajaan cilik di komplek ibu pertiwi
Selasa, 26 Juni 2012
Minggu, 24 Juni 2012
Dua Mawar itu layu
Ada seekor kumbang yang terbang kokoh dan tinggi
Bukan kumenuliskan tentang sebuah penyesalan kini
Atau pula kumenuliskan sebuah kesombongan disini
Aku hanya berkata tentang kedua mawar yang layu
Satu mawar berdiri setinggi dengan laju terbangku
Dan satunya berdiri angkuh seraya menungguku
Yang satu layu tertusuk batangnya yang berduri itu
Yang satu layu tersipu kemudian mungkin ia malu
Namun semua lantas menjadi kesalahanku
Kokohnya ketika terbang tinggi hingga ia menepi
Lantas ia tanpa berkata kapan ia pernah singgah
Bahkan hanya untuk hinggap mencari madu
Namun penyesalan tetaplah menjadi penyesalan
Meski ia tak tahu dimana letaknya kesalahan itu
Dan mawar ia tak pernah sekalipun mau tau
Alasan hanya akan menjadi sebuah keangkuhan
Ketulusan hanya berbuah sebuah kedengkian
Kala kejujuran nampak seperti kebohongan
-Maka kumbangpun hanya terdiam-
Bukan kumenuliskan tentang sebuah penyesalan kini
Atau pula kumenuliskan sebuah kesombongan disini
Aku hanya berkata tentang kedua mawar yang layu
Satu mawar berdiri setinggi dengan laju terbangku
Dan satunya berdiri angkuh seraya menungguku
Yang satu layu tertusuk batangnya yang berduri itu
Yang satu layu tersipu kemudian mungkin ia malu
Namun semua lantas menjadi kesalahanku
Kokohnya ketika terbang tinggi hingga ia menepi
Lantas ia tanpa berkata kapan ia pernah singgah
Bahkan hanya untuk hinggap mencari madu
Namun penyesalan tetaplah menjadi penyesalan
Meski ia tak tahu dimana letaknya kesalahan itu
Dan mawar ia tak pernah sekalipun mau tau
Alasan hanya akan menjadi sebuah keangkuhan
Ketulusan hanya berbuah sebuah kedengkian
Kala kejujuran nampak seperti kebohongan
-Maka kumbangpun hanya terdiam-
Rabu, 20 Juni 2012
Menutup lembar duka
Kututup dan cukupkan sampai disini semua lembaran luka dan duka
Hanya disini kutuangkan semua ungkap haru dan pilu dalam kalbu
Keluh dan kesah semua ini hanyalah sebutir pasir ditengah lautan
Sebuah lautan kegembiraan, riang tawa, dan manisnya senyuman
Terlampau banyak suka ketimbang duka biarkan aku tertawa
Kini lembaran baru akan ku isikan semua kebahagiaanku
Ku ambil satu pena kebanggaanku dan secarik kertas itu
Lalu termenung dalam senyum dan kemudian berkata
Mari kita tuliskan cerita-cerita bahagia,
Meski kumelamun karena entahlah,
Harus kumulai dari mana,
Hanya disini kutuangkan semua ungkap haru dan pilu dalam kalbu
Keluh dan kesah semua ini hanyalah sebutir pasir ditengah lautan
Sebuah lautan kegembiraan, riang tawa, dan manisnya senyuman
Terlampau banyak suka ketimbang duka biarkan aku tertawa
Kini lembaran baru akan ku isikan semua kebahagiaanku
Ku ambil satu pena kebanggaanku dan secarik kertas itu
Lalu termenung dalam senyum dan kemudian berkata
Mari kita tuliskan cerita-cerita bahagia,
Meski kumelamun karena entahlah,
Harus kumulai dari mana,
Juni tak akan pernah terungkap
Percikan kisah dibulan yang lalu selalu menghantuiku
Sampai disini saja aku mengakhiri goresan penaku
Juni mengantarkan sebuah lembaran hidup baru
Itu ungkapan terakhirku dalam tulisanku
Ingin kurobek semua catatan kala waktu silamku
Atau mungkin kuingin patahkan saja penaku
Yang tertulis adalah sebuah kejanggalan
Yang terisi bukanlah sebuah ungkapan
Aku menuliskan arah kemunafikan tanpa kearifan
Atau haruskah aku berhenti menulis sampai disini
Aku bukanlah pengeluh, aku adalah batu karang
Meskipun duka dalam genggaman tanganku
Hanya lembaran kertasku teman dalam sepiku
Namun aku tak mau ia merubah ketangguhanku
Biarkan secukupnya aku menggoreskan tinta
Biarkan selebihnya terus ku simpan rapat
-Dan biarkan Juni tak akan pernah terungkapkan-
Karena Rabb begitu banyak nikmat yang kau berikan
Rabb nikmatmu yang mana lagi yang harus kami dustakan
Sampai disini saja aku mengakhiri goresan penaku
Juni mengantarkan sebuah lembaran hidup baru
Itu ungkapan terakhirku dalam tulisanku
Ingin kurobek semua catatan kala waktu silamku
Atau mungkin kuingin patahkan saja penaku
Yang tertulis adalah sebuah kejanggalan
Yang terisi bukanlah sebuah ungkapan
Aku menuliskan arah kemunafikan tanpa kearifan
Atau haruskah aku berhenti menulis sampai disini
Aku bukanlah pengeluh, aku adalah batu karang
Meskipun duka dalam genggaman tanganku
Hanya lembaran kertasku teman dalam sepiku
Namun aku tak mau ia merubah ketangguhanku
Biarkan secukupnya aku menggoreskan tinta
Biarkan selebihnya terus ku simpan rapat
-Dan biarkan Juni tak akan pernah terungkapkan-
Karena Rabb begitu banyak nikmat yang kau berikan
Rabb nikmatmu yang mana lagi yang harus kami dustakan
Langganan:
Postingan (Atom)
Dengarlah Bintangku 2
Bintang tertutup awan mendung malam Pena di bangku rembulan yang tenang Untuk hati yang telah memiliki Teruntuk pena dipenghujung masa ...
-
Tersenyumlah jelita, kelopak merah mudamu adalah sayap-sayap pesona, Biarkan sinar lembayung senja hadir mengintip dari balik teralis jen...
-
Lampau ditengah gemerlap pelita yang benderang Terduduk dibarisan didekatmu riuh nuansa obrolan Bulan dan Bintang bercahaya dimalam yang t...
-
Tahukah kamu kapan seseorang itu jatuh cinta? Ketika ia rindu dan ingin sekali bisa berjumpa Bukankah Nuansa Jatuh Cinta seumpama langit ...