Senin, 23 September 2013

Dirimu bagai bunga dimusim semi


Semilir angin senja untuk kelabu yang menderu
Alas halaman tanpa ranting-ranting pepohonan
Tangkai-tangkai tanpa berjatuhnya dedaunan
Untuk sang penyair yang hanya duduk terdiam

Teruntuk senja tanpa bait goresan cakrawala
Teruntuk embun yang tak dapat kurangkum
Teruntuk kuntum yang tak semerbak harum

Disela kumelamun berhembus angin mengayun
Jelita kelopak mata mengepakan sayap bunga
Kedua kupu-kupu menyela dihadapan mata
Kini saatnya nuansa menampakan cerita

Teruntuk senja yang menampakan jingga
Teruntuk embun yang kini ingin kurangkum
Teruntuk kuntum yang kini semerbak harum

Disela kutermenung kelopakmu lembut terayun
Dirimu bagai mekar bunga dimusim semi
Mentari bersinar manja disela tangkainya

Teruntuk senja kelabu yang mengharu deru
Kini bungamu menemani syair sinar mentariku
Jelita kelopak bungamu bermekaran disenjaku
Kini saatnya nuansa yang tengah bercerita

Jumat, 20 September 2013

Pesona Merah Jingga


Pesona dibalik jingga tanpa harus dirias merah merona
Tanpa harus merintikan gerimis untuk turun disenja hari
Tanpa perlu ufuk timur menyapa secercah sinar mentari
Biarkanlah awan sendu kelabu menghiasi goresan penaku

Burung-burung tiada berkicau ditangkai-tangkai pepohonan
Ataupun embun-embun yang menetes jatuh dari dedaunan
Tak perlu lembayung sore mengantarkan kertas kanvasku
Cukuplah senyum cantikmu yang menghiasi puisi-puisiku

Kau telah memikat pesona dibalik warna merah jingga
Telah menjadi warna gerimis untuk turun disaat senja
Menjadi ufuk timur yang memberikan berjuta warna
Kini awan kelabu tak lagi menutupi isi goresan penaku

Goresan-goresan ini berbicara sepenuhnya untuk dirimu
Tanpa perlu embun-embun menetes jatuh dari dedaunan
Jelitamu telah membersitkan ribuan kata dalam kanvasku
Senyum cantik yang kau berikan untuku menjadi hadiah
Puisi-puisi indah untuku berikan kepada dirimu

Kamis, 19 September 2013

Puisi dibalik jaket merahmu 2


Senja ini belumlah nampak warna jingga kemerah-merahan
Lantunan gema Adzanpun barulah usai ia berkumandang
Tak ada lembayung sore ataupun senja yang bersinar terang
Diatas langit hanya ada ungkapan kelabu membawa sendu

Sampai engkau hadir dengan pesona jaket merahmu
Mengurai bibir tipis dibalik kata-kata sapaan hangatmu
Rambut panjang bergelombang akan menjadi ungkapan
Bahtera nelayan yang menerjang laju pasang dilautan

Terduduk disampingmu melihat dekat jingga merahmu
Kini mentari tengah berada sangat dekat disampingku
Hiasan sendu langit kelabu tak merubah pesona
Dibalik tatapan hangat kedua binar matamu

Senyumu lembut tak lagi menjadi jingga di ufuk timur
Namun menjadi jingga yang berada tepat disisiku
Biarkan lembayung bersembunyi dibalik hiasan awan
Sebab keindahannya tetap terpancarkan jika didekatmu

Puisi dibalik Jaket Merahmu


Senyum simpul, bak pesona dibalik ufuk jingga
Namun seiring dengan tenggelamnya mentari
Pesona gemerlap bintang yang bercahaya
Menggantikannya sebagai rias semesta

Mentaripun melukis biru mengubah ufuk kelabu
Semilir angin membisiki embun di tangkainya
Bunga-bunga kian bermekaran ditamannya
Kupu-kupu hinggap untuk mengepak sayapnya

Kutemui pesona semesta dibalik jaket merahmu
Lembut terayun menengadah keatas senyummu
Sinar jinggapun menerangi rambut yang terurai
Dan binar mata yang kau hadirkan untuku

Tatapanmu mengantarkan secarik kertasku
Senyumanmu menghiasi goresan penaku
Mencuri pandang darimu biarkan ia
Menjadi kebisuan semesta

Sajak-sajak terpendam
yang kutuliskan dipermukaan.

Oleh : Rezsa Yushardiansyah

Dengarlah Bintangku 2

Bintang tertutup awan mendung malam Pena di bangku rembulan yang tenang Untuk hati yang telah memiliki Teruntuk pena dipenghujung masa ...