Malam yang sunyi serta esok yang
mendung, ia menyirami bunga dikala hujan itu turun
Sejenak kucarikan tembang tentangmu
agar sedikit menginspirasi goresan malamku
Meskipun ditengah hening dan dingin kini
tengah sulit kumerangkai kata tentangmu
yang kuingat hanya bunga yang layu, dan
awan yang tak menampakan sinarnya
Bunga yang kehilangan pesona
keindahannya, hingga lebah-pun enggan mendekatinya
Jangan kau salahkan awan yang
mendung atau hujan yang terus menerus
turun
Engkau seorang jelita bunga yang seharusnya
mekar, memilih layu dan memudar
Aku mengutuk diriku, melihat banyak lalat
hinggap ditangkai indah yang berguguran itu
Tiada lagi serbuk sarimu, akupun
mengutuk penaku yang menuliskan tangkai rapuhmu
Mungkinkah semua bunga kini sirna,
ditelan awan mendung dan hujan yang terus turun
Daun berguguran meski dimusim hujan
yang seharusnya memberikan embun kesejukan
Lamunan pena, dimalam sunyi, nan mendung, Bunga
yang layu, dan hujan yang turun
Sejenak pesona irama semesta berbisik tentangmu, inspirasi setia goresan malamku
Di hening dan dingin, Indah pesona Bungamu merangkaikan nuansa goresan penaku
Wahai Bunga indahku, hujan ini adalah sejuknya embun pagi bagi tangkai indahmu
Sejenak pesona irama semesta berbisik tentangmu, inspirasi setia goresan malamku
Di hening dan dingin, Indah pesona Bungamu merangkaikan nuansa goresan penaku
Wahai Bunga indahku, hujan ini adalah sejuknya embun pagi bagi tangkai indahmu
Jelita pesona semesta, lihatlah tangkaimu berbalut
butir embun tersinari mentari pagi
Jangan tanyakan mengapa kedalaman samudra tetap setia menjaga sang Mutiara
Engkaulah pesona, tanpa senyummu tinta ini telah memudar sirna di rintik hujan
Jangan tanyakan mengapa kedalaman samudra tetap setia menjaga sang Mutiara
Engkaulah pesona, tanpa senyummu tinta ini telah memudar sirna di rintik hujan
Aku mengutuk diriku, hitamnya tinta penaku tak kuasa
berguguran melihat senyummu
Awan mendung dan hujan yang turun mengutuk diriku yang rapuh mengukir indahmu
Sang pujangga tiada akan sirna, menuliskan mendung atau hujan yang terus turun
Karena guguran sajak saat hujan itu turun adalah kesejukan harum bunga yang kuntum
Awan mendung dan hujan yang turun mengutuk diriku yang rapuh mengukir indahmu
Sang pujangga tiada akan sirna, menuliskan mendung atau hujan yang terus turun
Karena guguran sajak saat hujan itu turun adalah kesejukan harum bunga yang kuntum