Rabu, 02 Oktober 2013

Kelopak Merah Muda


Tersenyumlah jelita, kelopak merah mudamu adalah sayap-sayap pesona, Biarkan sinar lembayung senja hadir mengintip dari balik teralis jendela, Sinar sang surya kini hadir untuk menyapa bait-bait goresan senja

Dibalik lukisan cahaya sinarnya hadir mengintip dari balik kaca jendela, Melukiskan kemilau paras berjuta kata membalut seluruh nuansa pesona, Mentari kini tak ragu lagi untuk menyapa dan memberikan berjuta rasa

Tersenyumlah simpul, agar kulukiskan bait tentangmu di sunyi malamku, Biarkan dinginnya malam menemani tulisan kata tentang paras cantikmu, Dan sinar redup rembulan kini tak perlu lagi menjadi pesona tembangku, Sebab keindahannya telah tergantikan hanya oleh senyum cantikmu

Senin, 23 September 2013

Dirimu bagai bunga dimusim semi


Semilir angin senja untuk kelabu yang menderu
Alas halaman tanpa ranting-ranting pepohonan
Tangkai-tangkai tanpa berjatuhnya dedaunan
Untuk sang penyair yang hanya duduk terdiam

Teruntuk senja tanpa bait goresan cakrawala
Teruntuk embun yang tak dapat kurangkum
Teruntuk kuntum yang tak semerbak harum

Disela kumelamun berhembus angin mengayun
Jelita kelopak mata mengepakan sayap bunga
Kedua kupu-kupu menyela dihadapan mata
Kini saatnya nuansa menampakan cerita

Teruntuk senja yang menampakan jingga
Teruntuk embun yang kini ingin kurangkum
Teruntuk kuntum yang kini semerbak harum

Disela kutermenung kelopakmu lembut terayun
Dirimu bagai mekar bunga dimusim semi
Mentari bersinar manja disela tangkainya

Teruntuk senja kelabu yang mengharu deru
Kini bungamu menemani syair sinar mentariku
Jelita kelopak bungamu bermekaran disenjaku
Kini saatnya nuansa yang tengah bercerita

Jumat, 20 September 2013

Pesona Merah Jingga


Pesona dibalik jingga tanpa harus dirias merah merona
Tanpa harus merintikan gerimis untuk turun disenja hari
Tanpa perlu ufuk timur menyapa secercah sinar mentari
Biarkanlah awan sendu kelabu menghiasi goresan penaku

Burung-burung tiada berkicau ditangkai-tangkai pepohonan
Ataupun embun-embun yang menetes jatuh dari dedaunan
Tak perlu lembayung sore mengantarkan kertas kanvasku
Cukuplah senyum cantikmu yang menghiasi puisi-puisiku

Kau telah memikat pesona dibalik warna merah jingga
Telah menjadi warna gerimis untuk turun disaat senja
Menjadi ufuk timur yang memberikan berjuta warna
Kini awan kelabu tak lagi menutupi isi goresan penaku

Goresan-goresan ini berbicara sepenuhnya untuk dirimu
Tanpa perlu embun-embun menetes jatuh dari dedaunan
Jelitamu telah membersitkan ribuan kata dalam kanvasku
Senyum cantik yang kau berikan untuku menjadi hadiah
Puisi-puisi indah untuku berikan kepada dirimu

Kamis, 19 September 2013

Puisi dibalik jaket merahmu 2


Senja ini belumlah nampak warna jingga kemerah-merahan
Lantunan gema Adzanpun barulah usai ia berkumandang
Tak ada lembayung sore ataupun senja yang bersinar terang
Diatas langit hanya ada ungkapan kelabu membawa sendu

Sampai engkau hadir dengan pesona jaket merahmu
Mengurai bibir tipis dibalik kata-kata sapaan hangatmu
Rambut panjang bergelombang akan menjadi ungkapan
Bahtera nelayan yang menerjang laju pasang dilautan

Terduduk disampingmu melihat dekat jingga merahmu
Kini mentari tengah berada sangat dekat disampingku
Hiasan sendu langit kelabu tak merubah pesona
Dibalik tatapan hangat kedua binar matamu

Senyumu lembut tak lagi menjadi jingga di ufuk timur
Namun menjadi jingga yang berada tepat disisiku
Biarkan lembayung bersembunyi dibalik hiasan awan
Sebab keindahannya tetap terpancarkan jika didekatmu

Puisi dibalik Jaket Merahmu


Senyum simpul, bak pesona dibalik ufuk jingga
Namun seiring dengan tenggelamnya mentari
Pesona gemerlap bintang yang bercahaya
Menggantikannya sebagai rias semesta

Mentaripun melukis biru mengubah ufuk kelabu
Semilir angin membisiki embun di tangkainya
Bunga-bunga kian bermekaran ditamannya
Kupu-kupu hinggap untuk mengepak sayapnya

Kutemui pesona semesta dibalik jaket merahmu
Lembut terayun menengadah keatas senyummu
Sinar jinggapun menerangi rambut yang terurai
Dan binar mata yang kau hadirkan untuku

Tatapanmu mengantarkan secarik kertasku
Senyumanmu menghiasi goresan penaku
Mencuri pandang darimu biarkan ia
Menjadi kebisuan semesta

Sajak-sajak terpendam
yang kutuliskan dipermukaan.

Oleh : Rezsa Yushardiansyah

Kamis, 08 Agustus 2013

lukisan cahaya dalam pesona

Senyumu dalam lukisan sang cahaya, tersimpan dalam bingkai tertahta
Di dalam rembulan malam, kusimpan ia bersama sejuta kata askara
Berbalut tembang berbiola dan dawai-dawai lantunan simfoni
Maka kutuliskan bait-bait tentangmu dalam hening sepi

Tentang pekatnya malam dimana kini ia sedang menunjukan
Satu bintang yang bersinar paling terang, terlukiskan oleh cahaya
Maaf jika tak kuberitahu kepada dirimu isi goresan penaku
Atau jika tak kumeminta lukisan cahayamu sebagai tembangku

Lama telah kukenal dirimu, sajak-sajak ini berkisah tentangmu
Meski tatapan tak pernah ia bertemu saling pandang
Atau meski rembulan tak bersinar begitu terang
Namun lukisan cahayamu adalah kebisuan
Sajak-sajak terpendam yang muncul kepermukaan


Minggu, 10 Maret 2013

Penggalan kata tentang cinta

Seperti halnya kesetiaan Gede menemani Pangrango
Suryakencana yg melegenda-pun hadir bersama 
dengan Mandalawangi menjadi bukti dan saksi

Meski kini puncak garuda itu telah habis dimakan erupsi
Namun disana Merbabu tetap setia menemani Merapi

Arjuno'pun hadir menyanding setia mendampingi Welirang
Ataupun Sindoro yang tetap setia menemani Sumbing

Meskipun kisahku bukanlah kisah Arjuna dan Dewi Shinta
Ataupun Ramayana yang berjaya dalam buku Mahabrata

Namun disini aku dan setia hatiku akan selalu hadir
Untuk menyandingmu dan memintamu menemani 
Setiap langkah dihidupku, di setiap cerita dan 
Kisah dalam hembusan nafasku dan 

Disisa akhir hayatku aku mau 
Mencintaimu sepanjang waktuku.

Sabtu, 05 Januari 2013

Untukmu kutuliskan bait-bait Puisi

menerawang bait kata dan lukiskanlah senyum simpul dipesona raga elokmu
dibola matamu tersimpan kilau cahaya yang terkadang ia menjelma menjadi
tetesan-tetesan permata lihatlah berapa banyak mata yang tertuju padamu
lihatlah keterpesonaan mereka ketika engkau hadir didepan kedua mata
senyummu simpul bak pelangi yang turun dikala gerimis disenja hari

engkaulah kata yang tak akan sirna oleh hujan deras yang membasahi pagi
seperti ungkapan yang tak akan pernah lepas hanyut terbawa sinar mentari
tidakah kau lihat burung-burung kenari yang bernyanyi bersama embun pagi
ketika selimut panjang tak melelapkanmu untuk menyapa hangatnya mentari
disana semua raga seolah tak henti hanya untuk sekedar bisa menyapamu

kau adalah bahtera yang menari ketika deru ombak tengah bernyanyi
berlayar mengarungi lautan menerjang laju pasang sang gelombang
meski terguncang badai namun haluanmu selalu terarah kedepan
ketika gelap kau terseret ombak maka senyum manismu berkata
lihatlah disana ada secercah cahaya yang akan menuntunku kembali

sorot matamu tajam menghujamkan deru kagum sang pemandang
ada dawai yang tak berkumandang namun ia jelas berdendang
ada kata-kata yang tertuliskan meski ia bukanlah sebait puisi
ada debar jantung yang berdetak namun ia tak mampu berbicara
ada tatapan yang berkata meski ia merasa kamu tak akan peka

Dengarlah Bintangku 2

Bintang tertutup awan mendung malam Pena di bangku rembulan yang tenang Untuk hati yang telah memiliki Teruntuk pena dipenghujung masa ...